Green manufacturing yang materinya
didapat dari seminar "Green Manufacturing untuk Mencapai
Industri yang Berkelanjutan" dengan narasumber PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. dan juga dosen dari jurusan teknik industri ITS dan Universitas
Gunadarma. Seminar tersebut diadakan pada tanggal 02 April 2014 di Auditorium
Kampus D Universitas Gunadarma.
Pemanasan global! Isu tersebut sangat
populer di dunia, bahkan sedang terjadi di bumi kita. Pemanasan global
diakibatkan karena banyaknya CO2 di udara. CO2 tersebut dihasilkan
dari berbagai macam sumber yaitu asap kendaraan bermotor, panas dari AC dan
lain-lain. Semua itu dihasilkan oleh kegiatan manusia. Bahkan semua yang kita
kenakan juga ikut menyumbang dalam penghasilan CO2, seperti
pakaian, sepatu, jam tangan, dan lain-lain. Hal itu karena semua barang
tersebut, dihasilkan dari proses produksi pada sebuah indistri. Proses produksi
itu sendiri menggunakan energi yang berasal dari pembakaran bahan bakar,
seperti listrik dan menghasilkan CO2 sebagai polutan yang mengotori bumi.
Kontribusi industri sangat besar terhadap
pemanasan global yang menyebabkan kerusakan bumi
Industri yang menerapkan green manufacturing akan memiliki performa industri yang ramah lingkungan serta efisien dari segi ekonomi. Green manufacturing merupakan suatu gerakan baru dalam dunia industri atau dunia manufaktur dimana meminimalisir sampah atau gas buang yang dihasilkan dari proses produksi “zero emission strategy”. Konsep dasar dari green manufacturing yaitu “we borrow the earth from our descendants”.
Green
manufacturing adalah
suatu metode untuk meminimalkan limbah dan polusi yang disebabkan oleh
proses manufaktur (Foster, 2001). Green manufacturing mendasarkan
pada sistem produksi yang berkelanjutan (sustainable production system)
dalam menghasilkan sebuah produk. Produk industri tersebut memiliki siklus
hidup, mulai dari perancangan, pembuatan, distribusi, pemanfaatan dan sisa
produk yang memiliki dampak kerusakan terhadap lingkungan dan kesehatan,
serta mengkonsumsi sumber daya alam seminimal mungkin (material dan
energi). Sampah atau emisi yang dihasilkan dari hasil
produksi lama-lama akan merusak bumi, padahal kita harus menjaga bumi ini untuk
kelangsungan hidup anak cucu kita nanti. Maka dari itu dibuatlah suatu gerakan
baru dalam dunia manufacture yaitu green manufacturing agar
sampah atau emisi yang dihasilkan dapat diolah kembali atau dapat diatasi dalam
proses pembuangannya agar tidak merusak bumi baik secara langsung maupun tidak
langsung.
PT.
Indocement menerapkan konsep ekonomi hijau untuk menjamin pembangunan yang
berkelanjutan namun tetap memberikan profit bagi perusahaan.Green
manufacturing dipilih oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk karena
peran sertanya dalam perbaikan lingkungan hidup. Indocement dianugerahi
penghargaan "Indonesia Green Awards" karena dinilai
telah memberi inspirasi kuat kepada publik dalam masalah
lingkungan, antara lain dengan upaya penggunaan bahan bakar alternatif
dalam proses produksi semen dan mengurangi emisi debu berdasarkan standar
nasional. Selain itu Indocement juga menanam dan membudidayakan tanaman Jarak
Pagar (Jatropha Curcas) di lahan bekas tambangnya. Dikemukakannya
bahwa Indocement adalah perusahaan pertama di Indonesia yang berhasil
menyelesaikan Proyek Mekanisme Pambangunan Bersih (Clean Development
Mechanism (CDM) berupa proyek bahan bakar alternatif, yang bertujuan
mengurangi emisi CO2 dengan mengunakan bahan bakar alternatif
sebagai pengganti bahan bakar fosil dalam proses produksi semen. Bahan
bakar alternatif yang digunakan, katanya, antara lain berupabio-fuels,
serta bahan bakar yang memiliki emisi CO2 netral seperti sekam
padi, cangkang sawit, sawdust, sludge paper, dan
lainnya. Di samping itu, sejak 2007, Indocement telah mengembangkan perkebunan
Jarak Pagar di seluas 170 hektar lahan bekas tambang batu kapur, yang
bertujuan untuk merevitalisasi lahan tersebut. Tanaman jarak digunakan
untuk dibuat menjadi bio-fuels yang digunakan sebagai salah
satu bahan alternative.
PT.
Indocement juga menjelaskan mengenai waste management hierarchyyaitu
penanganan masalah sampah tergantung dengan waste volume yang
ada.Membahas mengenai industrial waste terkait juga dengan
limbah B3. Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) yaitu setiap hasil
bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity)
serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak lingkungan dan merusak kesehatan manusia. Membahas mengenai industrial waste terkait
juga dengan limbah B3. Dalam pengelolaan limbah B3 ini, prinsip pengelolaan
dilakukan secara khusus yaitu from cradle to grave. Pengertian from cradle
to grave sendiri adalah pencegahan pencemaran yang dilakukan dari
sejak dihasilkannya limbah B3 sampai dengan di timbun / dikubur (dihasilkan,
dikemas, digudangkan / penyimpanan, ditransportasikan, di daur ulang, diolah,
dan ditimbun / dikubur). Pencegahan atau pengelolaan limbah B3 didasarkan pada
karakteristiknya agar mendapat atau menghasilkan penanganan yang lebih tepat.
SUMBER:
Kontribusi industri sangat besar terhadap
pemanasan global yang menyebabkan kerusakan bumi